SEJARAH PEMERINTAHAN DESA NGILEN

         Pada masa lalu, ketika Kerajaan Majapahit menghadapi peperangan dengan Prabawa dari Pati, seorang tokoh bernama Ki Sombo melarikan diri ke arah selatan hingga tiba di tepi Sungai Lusi. Di tempat itu, Ki Sombo bersama keluarganya memutuskan untuk menetap. Ki Sombo mendirikan sebuah pemukiman yang diberi nama "Ngilen," yang diambil dari kata "ngili" yang berarti singgah atau tinggal, sesuai dengan perjalanan hidupnya.

        Dukuh Ngilen pada awalnya merupakan bagian dari Pademangan Gagakan. Selama masa penjajahan Belanda, wilayah ini masih sering mengalami gangguan dari para perampok atau berandal. Ki Sombo memiliki dua putra, yaitu Ponco Nenggolo dan Ponco Guritno. Keduanya mengikuti sayembara untuk menumpas para berandalan. Dalam pertempuran tersebut, Ponco Nenggolo berhasil, sementara adiknya, Ponco Guritno, gugur dalam perlawanan tersebut.

       Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, Pemerintah Kabupaten pada masa penjajahan Belanda mengangkat Ponco Nenggolo menjadi Kepala Desa Ngilen. Desa ini kemudian dipisahkan dari wilayah Gagakan karena letaknya yang cukup jauh. Sebelumnya, Dukuh Ngilen hanya dipimpin oleh seorang Kamituwo dan Bayan, dengan luas tanah bengkok sekitar 10,5 hektar yang dibagi menjadi tujuh bagian untuk Kepala Desa, Sekretaris Desa, dua Kepala Dusun, dua Bayan, dan satu Modin.

       Sejak saat itu, sejarah kepemimpinan Desa Ngilen terus berlanjut dari masa kerajaan hingga masa penjajahan Belanda, dan berlanjut hingga sekarang. Namun, penghasilan perangkat desa dari tanah bengkok yang terbatas membuat mereka harus bertahan dengan sumber daya yang ada.

Sejarah Kepemimpinan

Sejarah kepemimpinan Desa Ngilen Dari awal sampai sekarang adalah sebagai berikut :